Rabu, 12 Oktober 2011

SUKU JAWA

Filosofi Alam bagi Orang Jawa Suku Jawa merupakan suku bangsa terbesar di Indonesia yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur dan D.I Jogyakarta. Kurang lebih 41,7% penduduk Indonesia merupakan etnis Jawa.
Sebahagian besar suku bangsa Jawa menuturkan bahasa Jawa sebagai bahasa percakapan harian. Sebuah tinjauan pendapat yang dijalankan oleh Majalah Tempo pada awal dekade 1990-an menunjukkan bahawa hanya sekitar 12% daripada orang-orang Jawa menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertuturan harian. Sekitar 18% menggunakan campuran bahasa Jawa dan bahasa Indonesia, dengan yang lain menuturkan bahasa Jawa sebagai bahasa utama mereka. Bahasa Jawa memiliki aturan perbedaan kosa kata dan intonasi berdasarkan hubungan antara pembicara dan lawan bicara, yang dikenal dengan unggah-ungguh. Aspek kebahasaan ini memiliki pengaruh sosial yang kuat dalam budaya Jawa, dan membuat orang Jawa biasanya sangat sadar akan status sosialnya di masyarakat.
Keyakinan bahwa alam semesta sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia mewarnai budaya jawa sehingga pola hidup tradisional orang jawa adalah selalu selaras dengan alam. Ilmu perbintangan (pawukon), zodiak (weton), petungan, katuranggan, sampai ilmu tentang pusaka menunjukkan bahwa orang jawa selalu berpedoman dengan hukum alam dan selaras dengannya. Sementara perwujudan akan pengakuan atas eksistensi dan pengaruh alam dalam kehidupan manusia terlihat dari bermacam ritual yang pada hakekatnya semua hal tersebut adalah bentuk dari pengakuan bahwa manusia jawa hidup ‘bertetangga’ dengan kehidupan lain di alam semesta ini. Manakala konsep hidup selaras dengan alam ini mulai luntur dan diingkari maka yang terjadi adalah kehidupan yang tanpa arah. Kehidupan yang menuntut segala sesuatu secara instant memunculkan hidup dalam rasa tertekan yang mengakibatkan banyaknya penyakit, turunnya rasa kepedulian sosial, arogansi, dan depresi dalam masyarakat. Sementara eksplorasi alam yang tidak bijak menyebabkan kerusakan alam di mana-mana yang pada akhirnya menimbulkan berbagai bencana alam. Lunturnya pola hidup yang selaras dengan alam ini terjadi karena banyak faktor namun yang paling besar pengaruhnya bisa disimpulkan seperti di bawah ini : 1. Karena pengajaran dari nenek moyang orang jawa yang unik dengan berbagai symbol dan kiasan (perlambang dan sanepan) sehingga membuat banyak penafsiran sehingga tak jarang justru penafsiran yang salah yang banyak dipercaya masyarakatnya. 2. Pengaruh masuknya agama dan budaya modern membuat semakin lunturnya konsep hidup selaras dengan alam ini. Pada masyarakat yang merasa modern menganggap bahwa budaya ini tidak rasional dan tidak ilmiah sehingga dianggap sudah tidak relevan dengan perkembangan jaman. Sementara dikalangan masyarakat agamis konsep ini dianggap bertentangan dengan ajaran agamanya, meskipun sebenarnya hal tersebut dikarenakan pemahaman spiritual yang sangat dangkal. Kedua faktor tersebut, diakui atau tidak, sangat berperan dalam proses lunturnya konsep kehidupan budaya yang sarat dengan keselarasan terhadap alam. Ironisnya justru kesadaran untuk hidup selaras dengan alam dan bahwa alam sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia justru mulai tumbuh dan berkembang di negara-negara barat yang lebih dikenal sebagai masyarakat yang mengedepankan rasio dan sektarian. Berbagai teori baru muncul dan meyakini bahwa alam berpengaruh terhadap kehidupan manusia baik dalam membentuk karakter, kehidupan ekonomi dan sosial sesorang. Sebuah teori baru di negara barat yang sudah dijalankan oleh nenek moyang orang jawa selama berabad-abad
Buluh Perindu adalah salah satu Pusaka yang berfungsi sebagai Pengasihan dan berdagang ataupun untuk penglaris usaha. dan juga bisa berfungsi utk pengobatan Bulu Perindu Asli kalimantan dan tidak dijual.
Bulu Perindu berwujud seperti akar kecil semacam rumput kering yang jika diletakkan di air, maka ia akan bereaksi dan berputar-putar dan saling mengikat diri. nah dari jenis akar ini saja dia ada beberapa yakni buluperindu hitam, buluperindu jantan-betina,nah ini sebenarnya yg aselinya ialah terdapat kalimantan Timur, Barat,Selantan dan tengah merupakan pegangan suku Asli Kalimantan antara lain Dayak, Tidung,Banjar dan Kutai.
Satu keanehan bulu perindu dapat hilang bila tidak cocok dengan pemegangnya atau tidak di rawat. Sebagian Fungsi Bulu Perindu tersebut : Khasiat Bulu Perindu cukup banyak. Rata-rata dipakai untuk pengasihan atau menarik aura pancar. Juga untuk melengketkan pasangan bisa disimpan didompet atau di taruh diair lalu air tersebut dibuat cuci muka. Bila buluh ini dimasukkan kedalam air akan bergerak berjalan dan menegak/ dari semulanya melingkar,atau saling melilit bila Jantan betina.
Buluh Perindu Sebagai untuk syarat - Pengasihan - Kewibawaan Naik Pangkat - Karier - Dagang /Penglarisan - Bisnis - Kerahayuan - Menagih hutang - dll. BULU PERINDU dlm pengobatan alternatif, digunakan untuk memijat penderita patah tulang atau yg sejenis dgn merendam segenggam buluh perinduh dengan minyak kelapa hijau(tapi hanya Tabib tulanglah yang tau menggunakanya) Keajaiban Bulu Perindu yang ada jika dilumat lumat lalu simpan ditelapak tangan maka akan hidup / goyang. jika merintil lebih bagus bagi sipemiliknya.